Ada yang bilang bahwa kehidupan itu seperti roda yang berputar, terkadang kita berada di sisi paling atas namun ada saatnya pula kita berada di sisi terbawah. Hal itu aku rasa terjadi disemua bagian kehidupan, termasuk semangat dalam menjalani hari demi hari dan juga dalam melakukan pekerjaanku. Terkadang aku merasa sangat termotivasi sehingga apa saja yang dikerjakan selalu terasa mudah. Namun ada kalanya aku merasa motivasi tersebut hilang begitu saja, sehingga apa saja yang aku kerjakan menjadi terasa berat. Terkadang aku berpikir apa karena jauh dari keluarga menjadi motivasi itu sering pasang surut, atau karena sebenarnya aku tidak tahu apa sebenarnya tujuan dari segala hal yang aku lakukan ini.
Saat ini aku sudah hampir tiga tahun keluar dari 'Zona Nyaman' yaitu rumah tercinta untuk mencari rezeki di sisi lain bumi Nusantara. Mamuju tepatnya, sebuah kota yang aku sendiri tidak pernah kenal nama itu sebelumnya. Tidak pernah terpikir bahwa aku harus meninggalkan kota kelahiranku untuk merantau sejauh ini, dimana tidak ada seorang sanak saudara pun yang ada di sini. Semua yang ada di kota lamaku tercinta bahkan hampir tidak dapat aku temukan di sini. Mungkin itu salah satu yang menyebabkan terkadang semangat itu hilang secara perlahan. Namun jika dipikir-pikir kembali, mungkin Tuhan mempunyai suatu rencana sehingga aku berada di kota ini.
Terkadang untuk kembali membangun semangat dalam menjalani hari-hariku, dalam menjalani pekerjaanku, aku selalu kilas balik kebelakang mengenai susahnya menjalani hari-hari pasca kelulusan tahun 2011 lalu. Saat itu aku rasa sebagai saat-saat terberat yang pernah aku lalui. Saat-saat dimana teman-teman telah pergi satu persatu untuk mencari kehidupan yang lebih baik, saat-saat dimana sudah tidak ada lagi canda tawa bersama teman-teman ketika banyaknya tugas kuliah menghampiri atau menumpuknya laporan praktikum yang harus segera dikumpulkan hanya sekedar untuk mengurangi beban dalam menghadapi masa-masa kuliah. Bahkan sampai saat ini pun aku selalu merindukan mereka, merindukan kekonyolan-kekonyolan mereka.
Yang lebih sulit saat itu adalah saat-saat dimana aku tidak kunjung mendapat pekerjaan. Sebagian besar temanku pada saat itu dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Dan aku bersama sebagian kecil teman yang belum mendapat kejelasan, selalu berusaha dan terus berusaha untuk mendapatkan pekerjaan pasca wisuda. Aku sendiri bahkan sampai berkali-kali ke Jakarta dan Bekasi untuk melamar pekerjaan, dan hasilnya Nol alias tidak ada. Pada saat-saat itu aku merasa malu pada diriku sendiri, malu karena sampai usai wisuda pun aku masih saja menjadi beban keuangan bagi kedua orang tuaku. Disaat teman-teman lain sudah bisa memberikan sebagian gajinya kepada orang tuanya, aku masih saja meminta uang untuk menjalani hari-hariku. Malu, sangat sangat malu. Tapi bukan orang tua jika tidak selalu memberi semangat sehingga aku tidak menyerah untuk terus berusaha.
Sebenarnya setelah kuliah aku sempat diterima bekerja di sebuah pabrik kertas di Jawa Timur. Namun entah kenapa aku merasa tidak nyaman berada di sana, padahal aku belum bekerja sehari pun disana. Aku hanya melakukan tes di tempat kerja dan melihat-lihat bagaimana orang disana bekerja. Dan pada saat itu juga aku merasa tidak nyaman berada di sana. Aku berpikir daripada aku melakukan hal yang tidak aku suka, lebih baik aku mencari tempat lain. Apalagi pada saat itu aku belum seminggu wisuda. Akhirnya aku putuskan untuk tidak jadi mengambil pekerjaan di perusahaan kertas itu. Saat itu aku yakin bahwa tidak akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru, apalagi aku lulusan dari salah satu perguruan tinggi ternama. Ternyata apa yang aku pikirkan saat itu salah. Karena setelah itu sangat sulit sekali untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Sehari setelah aku dinyatakan lulus tes rekrutmen dari pabrik kertas, aku langsung berangkat ke Jakarta untuk melakukan tes di sebuah pabrik mobil di daerah Karawang. Saat itu aku bersama delapan orang teman yang sealumni berangkat bersama-sama dengan Kereta Api. Kami hanya melakukan tahapan terakhir dalam rekrutmen, yaitu tahap wawancara. Dengan keyakinan dan semangat penuh kami maju untuk wawancara kerja. Satu per satu dari kami maju untuk diwawancarai. Dan akhirnya giliranku untuk diwawancarai. Aku selalu ingat dan mungkin tidak akan pernah aku lupakan pertanyaan dari bapak yang mewawancarai aku
"Seandainya anda berada di posisi, dimana anda belum Sholat sedangkan pekerjaan pada saat itu tidak bisa anda tinggalkan, apa yang akan anda lakukan?" tanya bapak tersebut.
Jujur aku bingung dengan pertanyaan tersebut, berdasarkan pengalaman wawancara di perusahaan sebelumnya tidak ada pertanyaan yang seperti itu. Apalagi pertanyaan itu adalah pertanyaan pertama yang diberikan bapak tersebut kepada aku.
"Saya akan memilih untuk melanjutkan pekerjaan tersebut sampai ada teman yang datang untuk menggantikan saya. Sehingga saya dapat melakukan sholat." jawab saya.
Kemudian bapak tersebut mengucapkan terima kasih telah datang untuk wawancara dan mempersilahkan saya untuk kembali bersama teman-teman sambil menuggu pengumuman. Saya kembali bersama teman-teman, dari hasil percakapan bersama teman-teman ternyata hanya aku yang mendapatkan pertanyaan seperti itu, rata-rata merika hanya ditanya Apa yang anda tahu tentang perusahaan ini, Apa target anda di perusahaan ini, dan pertanyaan-pertanyaan normal lainnya. Sambil menunggu pengumuman, kami disuguhi makanan yang sangat sehat, bahkan 4 sehat 5 sempurna. Ditengah-tengah kami menyantap makanan tersebut tiba-tiba dua orang pegawai membawa seragam baru bewarna putih yang masih terbungkus rapi di dalam plastik. Mereka menyebutkan bahwa hanya ada beberapa yang lulus dan dapat bekerja di perusahaan tersebut, satu persatu nama dipanggil dan menerima seragam baru tersebut. Dan.........
Sampai nama terakhir disebutkan, ternyata namaku tidak ada di sana. Tiba-tiba nafsu makan hilang begitu saja. Kedua pegawai itu berkata, untuk nama-nama yang tidak disebut dipersilahkan menunggu dilain waktu, siapa tahu perusahaan ini kembali memanggil kami untuk bergabung. Kalimat tersebut hanya sebagai kalimat penghibur saja, kenapa aku bisa berkata demikian. Karena sampai saat ini, sampai saya menulis tulisan ini panggilan tersebut tidak pernah ada.
<Bersambung..>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar