Senin, 23 Februari 2015

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW Di Tanah Sulawesi

Maulid Nabi Muhammad adalah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang selalu diperingati setiap 12 Rabiul Awal di beberapa negara. Di Indonesia peringatan agama ini sudah menjadi peringatan hari besar agama Islam yang diakui negara. Dan bahkan tanggal tersebut sudah menjadi hari yang membahagiakan tidak hanya untuk umat Islam saja namun juga bagi umat lain, karena hari itu adalah hari LIBUR BERSAMA. Dan begitulah, mungkin libur bersama dalam rangka menyambut hari besar agama merupakan salah satu bentuk solidaritas antar umat beragama di Indonesia, mungkin..

Terlepas dari pembahasan libur bersama, beberapa daerah di bumi Nusantara ini memiliki tradisi yang berbeda-beda untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Jawa Timur tempat kelahiranku, Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati dengan cara membagi-bagikan kue Apem dan Tumpeng. Biasanya acara ini dilakukan di masjid-masjid, dan acara ini dipastikan selalu ramai, terutama ramai oleh anak-anak kecil yang dengan sarungnya siap menampung kue Apem dalam jumlah yang tak terbatas (termasuk aku dulu).

Dan saat ini, ketika aku merantau di Sulawesi ternyata tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan cara yang berbeda. Kebetulan dulu aku sempat merayakan Maulid Nabi di Makassar dan saat ini saya merayakannya di Mamuju - Sulawesi Barat. Selama saya merantau di dua daerah ini, Maulid Nabi Muhammad SAW selalu identik dengan Pohon Pisang dan Telur Rebus yang dihias dan disimpan di mangkuk-mangkuk plastik/kertas kecil yang kemudian semuanya dihias dan di-'tancap'-kan di pohon pisang.



Pohon Pisang Yang Sudah Dihias Beserta Telur Rebus Untuk Peringatan Maulid Nabi

Pohon pisang yang sudah dihias ini terlihat ramai, bukan hanya karena mangkuk-mangkuk kecil yang menghiasi, selain itu warna-warna yang bervariasi ikut meramaikan pohon pisang ini. Pertama kali melihat tradisi ini, aku yang merupakan perantau di daerah ini merasa penasaran tentang apa makna dibalik pohon pisang yang dihias ini. Kenapa harus pohon pisang? Kenapa bukan pohon Kelapa atau Pohon Jati? Dan kenapa harus telur?

Pertanyaan ini sempat aku tanyakan ke seorang 'Yang Dituakan' di PLN Area Mamuju, namanya Mr. Talib. Dengan beberapa alasan yang cukup logis, dia menjelaskan analisa mengenai tradisi tersebut:
  1. Alasan dipilihnya Pohon Pisang adalah, kalau saja yang dipasang adalah pohon kelapa tentu saja bakalan sangat berat untuk membawanya ke tempat perayaan Maulid. Apalagi kalau harus ditancapkan dengan lidi untuk tempat gantungan telur, harus butuh Bor untuk melubangi pohonnya. Kalau pohon pisang kan mudah, tinggal ditancap saja.
  2. Alasan dipilihnya Telur adalah, kalau yang digantung itu Ayam bakalan susah. Jangankan digantung di pohon pisang, baru mau dipegang saja ayamnya sudah lari kesana-kemari.
Analisa tersebut cukup logis, tapi tidak cukup ilmiah. Analisa-analisa tersebut harus diuji dulu di ITB dan IPB. Dan tentu saja harus diuji di ITS dan PENS (catatan: kalimat ini mengandung unsur promosi).

Namun analisa tersebut terbantahkan semua oleh penjelasan seorang Ustadz yang mengisi peringatan Maulid Nabi di PLN Area Mamuju. Ada beberapa alasan kenapa tradisi Maulid Nabi dibuat seperti itu:
  1. Pohon pisang bermakna, perjuangan yang tanpa henti sebelum membuahkan hasil. Pohon pisang adalah pohon yang baru akan mati jika sudah berbuah. Jika belum berbuah walaupun ditebang akan tetap saja akan tumbuh lagi. Artinya kita seharusnya membuahkan sesuatu yang dapat dinikmati orang lain sebelum dia meninggalkan tempat tersebut, kita harus menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita. Selain itu Pohon pisang hanya bisa berbuah satu kali, yang bermakna kita harus satu kali membuat suatu keputusan, harus tegas alias tidak boleh Mencla-Mencle kalau kata orang Jawa.
  2. Telur bermakna, kita harus bermanfaat bagi semua orang disekitar kita bukan suku-suku atau golongan-golongan tertentu saja. Hal ini digambarkan dengan telur yang dapat dinikmati oleh semua manusia dari semua kalangan umur.
  3. Hiasan yang bewarna-warni bermakna, Bhinneka Tunggal Ika alias Berbeda-beda tapi tetap satu jua. Hiasan warna-warni yang menghiasi pohon pisang membuat indah pohon pisang tersebut, tentunya pohon pisang tersebut tidak akan indah jika hiasannya hanya satu warna saja. Begitu juga manusia, perbedaan itu akan membuat persatuan semakin indah.
Ternyata ada makna yang cukup besar dibalik tradisi perayaan Maulid Nabi di daerah ini.

Kegiatan Maulid Nabi ini sendiri ditutup dengan entah tradisi juga atau cuma kebiasaan saja, yaitu berebut telur yang sudah dihias yang digantung di pohon pisang. Kegiatan ini yang membuat perayaan semakin ramai. Hampir semua peserta maju berebut telur yang sudah dihias itu. Saya sendiri sebagai peserta perayaan yang baik, tentu saja juga ikut meramaikan suasana, ikut berebut telur maksudnya. Setelah penuh perjuangan dan kerja keras akhirnya saya berhasil mendapatkan telur hias tersebut (Ha..Ha... Tertawa puas..).


Peserta Berebut Telur Yang Sudah Dihias

Dengan Bangga Memamerkan Hasil Perburuan Telur Hias

Dan beginilah suasana Maulid Nabi Muhammad SAW di tanah Sulawesi. Mungkin saja beberapa daerah lain juga memiliki tradisi yang berbeda. Namun bagaimana pun cara merayakannya, yang terpenting dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini adalah bagaimana kita sebagai umat Islam dapat mencontoh suri tauladan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan juga dapat menjadikan kisah-kisah beliau sebagai inspirasi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ini adalah tradisi di Sulawesi, bagaimana dengan daerahmu?